Selasa, 01 Agustus 2017

Mengapa Perlu PERDOKHI ?

Pertanyaan "Mengapa Perlu PERDOKHI ?", adalah pertanyaan pertama kali yang penting untuk dijawab bagi siapapun yang hendak mengenal lebih dekat dengan organisasi ini. Jawaban atas pertanyaan ini, niscaya akan mendasari langkah gerak organisasi mendatang.
Pertanyaan "Mengapa", mesti dijawab dengan kondisi dan sebab musabab pembentukan organisasi yang boleh disebut: sarat energi. 
Jawaban secara formil, bisa disimak dalam Mukaddimah AD-ART PERDOKHI, yang kutipannya dapat juga dibaca di laman Mukaddimah. 
Sejumlah energi yang patut dicatat sebagai latar dan kebutuhan kehadiran PERDOKHI adalah kebutuhan teori genuine bagi penyelenggaraan pelayanan kedokteran bagi jemaah haji Indonesia. Kebutuhan ini sangat mendesak dengan teridentifikasinya sejumlah kasus yang tidak dapat diatasi oleh satu disiplin ilmu kedokteran. Perlu pendekatan multi-disiplin.
Manakala pendekatan multi-disiplin telah diselenggarakan dan ternyata masih tersedia sejumlah kasus yang belum dapat dijelaskan, maka pengembangan teori-teori baru sangat dinantikan.
PERDOKHI adalah jawaban untuk fase ke-4 pembentukan ilmu kedokteran haji. Setelah melampaui fase-1, fase-2 dan fase-3.
Fase-1, fase problematik kesehatan haji telah dilampaui. Sajian problematik penyelenggaraan haji yang tercatat melimpah dalam dokumen administrasi dan layanan kesehatan, telah menyadarkan perlunya pendekatan berbagai disiplin ilmu kedokteran.
Fase-2, fase multi-disiplin kesehatan haji telah dilampaui. Pembagian peran secara spesialistik dan canggih telah menyelesaikan berbagai kendala dan menghadirkan kemajuan bermakna. Namun, belum sanggup menuntaskan sejumlah problematik yang diindikasi dengan angka kesakitan dan kematian.
Fase-3, fase inter-disiplin kesehatan haji telah terlampaui. Sadar akan keterbatasan kewenangan dan lingkup keilmuan secara sendiri-sendiri, maka kolaborasi inter-disiplin telah menjadi corak pelayanan kedokteran haji pada pelayanan haji masa 10 (sepuluh) tahun terakhir. Dan, diskusi nasional pengiat haji yang sadar akan perlunya penjelasan teoritis tuntas tentang berbagai problematik yang masih tersisa, maka diperlukan sebuah jawaban lugas dan tuntas.
Fase-4, lahirkan PERDOKHI sebagai jawaban untuk mengurai masalah dan merajut solusi bagi jemaah haji dari tinjauan keilmuan kedokteran.
Kehadiran PERDOKHI sudah dinantikan oleh zaman. Semoga kelahiran melalui proses yang matang dan energi yang berlimpah ini, dapat mendukung terwujudnya cita-cita penyempurnaan penyelenggaraan haji Indonesia.
Oleh: Dr. Mawari Edy, M.Epid/Sekretari PP PERDOKHI/Pendiri PERDOKHI.

Selasa, 25 Juli 2017

Wabah Kolera di Yaman Jadi Perhatian

Sumber : http://www.depkes.go.id/article/view/17072400002/wabah-kolera-di-yaman-jadi-perhatian.html

Jakarta, 23 Juli 2017

Di negara Yaman yang bertetangga dengan Arab Saudi telah terjadi penyebaran dan penularan penyakit Kolera yang menyerang lebih dari 322.000 orang. Karena Yaman berbatasan dengan Arab Saudi, perlu diwaspadai kemungkinan penyebaran dan penularan penyakit kolera pada jamaah haji, khususnya jemaah haji Indonesia.

Demikian pesan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), yang ditujukan secara khusus bagi para jemaah haji di Tanah Air yang tengah bersiap menunggu keberangkatan, Ahad (23/7).

Di Indonesia, penyakit Diare masih ditemukan, tetapi penyakit Kolera sudah sangat jarang ditemukan. Penyakit Kolera sering disebut sebagai penyakit Muntaber (muntah dan berak), tutur Menkes.
Tanda dan Gejala Kolera

Gejalanya adalah sering buang air besar encer (Diare) dan disertai muntah. Tinja penderita kolera tampak encer seperti air cucian beras. Gejala penyakit Kolera muncul 8-72 jam setelah penderita  terpapar sumber penularan. Periode ini disebut masa inkubasi.

Penderita kolera harus segera berobat untuk diberi cairan, karena bila tidak segera berobat dan diberi cairan, dapat meninggal karena kekurangan cairan (dehidrasi). Dalam perjalanan menuju tempat berobat, penderita dapat diberikan cairan oralit untuk pertolongan pertama, guna mencegah kekurangan cairan.

Penularan

Kuman penyakit Kolera tersebar melalui tinja penderita. Penularan terjadi jika tanpa sengaja tinja penderita Kolera mencemari minuman atau makanan, yangkemudian dikonsumsi orang lain. Hal ini dapat terjadi jika penderita Kolera buang air besar sembarangan atau berdekatan dengan sumber air atau tempat pengolahan makanan.

Pencegahan yang Dapat Dilakukan

Agar jamaah haji Indonesia tidak tertular penyakit Kolera selama berada di Arab Saudi, yang dapat dilakukan adalah:

- Minum menggunakan air minum kemasan atau air yang sudah dimasak;
- Menggunakan air bersih/PAM untuk keperluan sehari-hari, seperti masak, mencuci alat makan, gosok gigi, berwudhu, dan mandi;
- Cuci tangan dengan air yang cukup dan sabun, pada waktu sebelum makan, sebelum menyentuh makanan atau mengolah makanan, sesudah buang air besar, dan sesudah mengurus penderita diare atau orang sakit;
- Makan makanan yang sudah dimasak dengan baik, menghindari makan makanan yang masih mentah, mencuci atau memasak sayuran sebelum dimakan, mencuci atau mengupas buah-buahan sebelum dimakan, dan menyimpan makanan di tempat atau wadah yang tertutup;
- Memasak dan mengolah makanan-minuman di dapur/ruangan yang terjaga kebersihannya;
- Menggunakan jamban dan kamar mandi yang terjaga kebkebersihannya;
- Tempat yang tercemar kotoran atau  muntahan penderita kolera harus dibersihkan dengan air dan karbol atau dengan air dan cairan disinfektan atau pembasmi kuman lainnya; dan
Segera berobat jika diare, muntah atau menderita penyakit lainnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Rangkaian Kegiatan Amaliyah Ramadhan 1438 H

1. Dialog Ramadhan Bersama Ketua Umum PERDOKHI Pusat Dilanjutkan dengan Buka Puasa Bersama.

Bertempat di Hotel IBIS Makassar pada hari Kamis, 8 Juni 2017 diselenggarakan Dialog Ramadhan Bersama Ketua Umum PERDOKHI Pusat dengan topik " Kesehatan Jiwa dalam Perspektif Islam", yang dihadiri oleh Para Dewan Pembina dan Para Dewan Pakar serta Pengurus PERDOKHI Cabang Sul-Sel.

2. Seminar Sehari " Tatalaksana Penyakit Kronik Degeneratif Bagi Dokter Pemeriksa Calon Jemaah Haji"

Bertempat di Hotel Santika Makassar pada hari Ahad, 11 Juni 2017 PERDOKHI Cabang Sul-Sel Bekerjasama dengan PDPI Cabang Sulawesi menyelenggarakan Seminar Sehari " Tatalaksana Penyakit Kronik Degeneratif Bagi Dokter Pemeriksa Calon Jemaah Haji" Fokus Penyakit Diabetes Mellitus. Hadir pada kegiatan tersebut Para Dewan Pembina dan Para Dewan Pakar serta Pengurus PERDOKHI Cabang Sul-Sel, serta beberapa dokter yang diundang yang berasal dari kabupaten Maros, Gowa, serta Kota Makassar. Sebagai pembicara adalah Dr. dr. Rahmat Latief, Sp.PD, K-PTI, FINASIM, M.Kes, Dr. dr. Husaini, Sp.PD, KEMD, dan Dr. dr. Himawan Sunusi, Sp.PD, KEMD. Acara ini dirangkaikan dengan Buka Puasa Bersama

3. PERDOKHI Berbagi dan Buka Puasa Bersama Keluarga Panti Asuhan Yayasan Islam Waturua Timor-Timur SulSel

Bertempat di Hotel Arya Duta  Makassar pada hari Selasa, 20 Juni 2017 PERDOKHI Cabang Sul-Sel menyelenggarakan Buka Puasa Bersama dan Pemberian Bingkisan Paket kepada anak panti asuhan dengan Tema " PERDOKHI Berbagi dan Buka Puasa Bersama Keluarga Panti Asuhan Yayasan Islam Waturua Timor-Timur SulSel". Hadir pada acara tersebut 38 anak panti asuhan.

Kamis, 27 April 2017

Manasik Haji & Umroh

Ust. Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc
(Alumni Islamic University of Medinah, KSA)

Manasik Haji & Umroh
Manasik haji yang afdhol dan utama adalah tamattu’, yaitu seorang melakukan umrah pada bulan-bulan haji (Syawwal, Dzulqo’dah, dan  awal bulan Dzulhijjah) yang diakhiri tahallul. Kemudian dilanjutkan kegiatan haji pada tanggal 8  Dzulhijjah dengan memakai ihram menuju Mina.
Intinya, dimulai dengan umrah, lalu dilanjutkan dengan haji.
Manasik ini kami susun berdasarkan rute perjalanan jama’ah haji. Sebab, kami pikir bahwa metode penyusunan seperti ini lebih mudah.

Tata Cara Umrah (bagi haji tamattu’)

Ihram:
–       Sebelum pakai ihram, maka mandilah, pakailah minyak wangi pada badan[1], bukan pada pakaian. Ini bagi pria. Adapun wanita, maka haram baginya menggunakan parfum secara mutlak, baik sebelum atau setelahnya.
–       Lalu pakailah pakaian ihram (bagi pria). Wanita tetap memakai jilbab panjang/kerudung.
–     Ketika di miqot [2] ,menghadaplah ke kiblat sambil membaca doa masuk ihram:

لَبََّيْـكَ اللهُمَّ بعُمْرَََةٍ

            “Ya Allah aku penuhi panggilanmu melaksanakan umrah”.


–      Setelah itu, perbanyak membaca talbiyah yang berbunyi:
لـَبَّيْـكَ اللهُمَّ لـَبَّيْكَ, لـَبََّيْكَ لا شَريْكَ لَكَ لَبَّيْكَ, إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَة لَكَ وَالْمُلْكَ لا شَريْكَ لَكَ